Bangsi Alas, Alat Musik Tradisional Khas Aceh

September 04, 2017
Alat musik Bangsi atau sering disebut dengan bansi alas.

Merupakan instrumen alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup dan terbuat dari bambu tradisional.

Bangsi tumbuh serta berkembang di kawasan Lembah Alas, Kab. Aceh Tenggara.

Adapun panjang dari bangsi kira - kira 41 centimeter dan memiliki diameter 2,8 centimeter.

Terdapat 7 buah lubang pada bagian di atasnya, kemudian setiap lubangnya, semakin ke arah ujung, maka akan semakin lebar.

Enam lubang awal, berfungsi sebagai lubang nada dan untuk satu lubang sisanya terletak dekat tempat yang akan ditiup.

Pada ujung alat musik bangsi ini, ditutup menggunakan buku bambu, sementara untuk bagian ujung satunya lagi, ditutup menggunakan gabus.

Ada daun bengkuang (dari daun pandan) yang mana membalut bagian yang ditiup gabus, memberikan sedikit berlebih.

Nantinya orang yang meniup bangsi tersebut, meletakkan dua buah bibirnya untuk melakukan tiupan.

Sementara, lubang udara hingga ke ujung yang dibungkus menggunakan daun bengkuang hutan, dikasih dengan sedikit tempat yang tujuannya untuk keluarnya udara. 

Ada ukiran berwarna Bekhong atau ukiran krawang Alas di sekitar bangsi alas.

Alat Musik Bangsi Alas asli daerah Aceh
Sumber : id.wikipedia.org
Pemakaian Bangsi Alas ini, digunakan untuk mengiringi Tarian Landok Alun.

Tarian ini sangat khas di daerah Desa Telangat Pagan.

Tarian ini mengisahkan kegembiraan pertani ketika mendapatkan lahan baru yang kondisinya baik/ subur.

Tari Landok Alun ini sangat lembut dan pelan.

Gerakan penarinya memiliki ruang gerak yang mana tidak jauh pindah dari satu titik, ke titik posisi lainnya.

Ada bermacam bentuk pola lantai.

Setiap hadirnya alat musik Bangsi Alas ini, masyarakat dahulu sering mengaitkannya dengan kabar duka meninggalnya seseorang.

Ketika ada seseorang yang meninggal, maka keluarga atau tetangganya akan membuat bangsi dan nantinya akan dihanyutkan ke sungai.

Uniknya, setelah dihanyutkan, bangsi tadi akan diikuti.

Bangsi akan terus diikuti sampai ada seorang anak kecil yang memungutnya.

Setelah diambil anak – anak, bangsi tadi akan diminta kembali. Bangsi tersebut lah yang nantinya akan ditiup dan diperdangkan untuk menandakan kabar wafatnya seseorang di kampung tersebut.

Bangsi alas milik para orang kaya akan dibalut menggunakan perak atau disebut suasa.

Bahkan ada mitos, bahwa pada zaman dahulu, bangsi digunakan untuk memikat hati seorang gadis agar mau suka pada si pemilik bangsi.


Bangsi  biasa digunakan untuk membawakan lagu tradisional.
Previous
Next Post »
0 Komentar