Alat musik tradisi asli dari Aceh.
Cara kerjanya sangat mirip dengan Saron.
Namun celempong terbuat dari kayu serta tidak disusun dengan paten di dalam
satu kerangka.
Namun, calempong dipisah tiap lembar
demi lembar.
Celempong sendiri terbuat dari beberapa
potongan kayu berbentuk lembaran, jumlahnya antara 5 sampai dengan 7.
Biasanya para pengrajin memakai kayu
tampu atau juga bisa menggunakan kayu senguyung.
Kenapa kayu tampu atau senguyung?
Alasannya karena kayu jenis ini
mempunyai sifat tekstur ringan akan tetapi keras.
Sumber : kamerabudaya.com |
Tiap potongan kayu berbentuk lembaran
tadi, mempunyai ukuran yang bervariasi.
Mulai yang paling kecil sampai dengan
yang paling besar.
Tiap lembarnya memiliki panjang antara
25 hingga 30 cm, sementara lebarnya sendiri berkisar antara 6 cm sampai dengan
8 cm.
Bagian atas, potongan kayunya berbentuk
cembung.
Bagian bawahnya ditoreh hingga terbentuk
sebuah ceruk.
Tujuannya adalah sebagai cara untuk
mengoptimalkan bunyi yang ingin dihasilkan alat ini.
Biasanya, pemain celempong akan duduk
lebi dahulu.
Kemudian menjulurkan kedua kakunya lurus
ke arah depan.
Selanjutnya menyusun potongan – potongan
kayu yang telah disiapkan sebelumnya. Potongan kayu akan diletakkan mulai dari
paha sampai dengan ujung kaki.
Penyusunannya dimulai dari kayu paling
besar hingga paling kecil.
Sementara untuk jarak kaki kanan dengan kiri
bisa disesuaikan sesuai kebutuhan dan keinginan.
Ketika potongan kayu tadi sudah selesai
disusun, maka celempong sudah siap untuk dimainkan.
Ada banyak jenis musik yang bisa diiringi menggunakan alat music celempong.
Musik – musik tersebut di
antaranya adalah : Buka Pintu, Cak Siti, Kuda Lodeng, Nyengok Bubu dan juga Cico Mandi
Celempong juga dimainkan untuk menemani
tari Inai.
Umumnya, celempong dimainkan oleh para
kaum hawa, terutama mereka yang masih muda.
Baca Juga : Celempong Alat Musik Tradisional Khas Aceh
Karena akibat era globalisasi yang kian
melanda, celempong sudah sangat jarang dimainkan.
Bahkan, wanita muda daerah asli Aceh
mayoritas tidak bisa memainkannya.
Berdasarkan sumber buku Ensiklopedia,
alat musik ini sudah ada dsejak 100 tahun yang lalu dan dimainkan di daerah
Tamiang.
0 Komentar